Kamis, 18 Desember 2014

Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Tasawuf Dalam islam







A.    Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut  logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan “khaliq” yang berarti pencipta dan “ mahluk” yang berarti yang di ciptakan.
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang di amalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada allah dan tunduk kepadanya. Oleh karena itu seseorang yang memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang di hayati dalam kenyataan hidup keseharian.

B.     Kedudukan Dan Keistimewaan Akhlak Dalam Islam
1.      Keistimewaan Akhlak Dalam Islam
Pendefinisian agama Islam dengan akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di `Arafah. Rasulullah SAW menyebutkan, “Haji adalah wukuf di `Arafah.” Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah, begitu pula dengan akhlak.
Oleh karena itu, dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting, di antara keistimewaannya adalah:
a.       Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok  risalah Islam.
b.      Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.
c.       Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada   hari kiamat.
d.      Rasulullah SAW menjadikan baik dan buruknya akhlak seseorang itu sebagai ukuran  imannya ketika ia hidup di dunia.
e.       Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadahnya kepada Allah SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji yang akhirnya ditandai dengan akhlak yang baik. Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

 Tentang shalat Allah berfirman :
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ (العنكبوت : 45)
                                    “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar.” (Al-Ankabut : 45).
Dari beberapa Ayat dan hadits di atas jelaslah bahwa akhlak dalam Islam itu merupakan ukuran ibadah bahkan merupakan inti sari dari ibadah itu sendiri, maksudnya akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan keutamaan dan kedudukan akhlak dalam Islam, walaupun banyak sekali keutamaan akhlak dalam Islam.
f.       Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
g.      Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak

2. Kedudukan Akhlak Dalam Islam
a.       Akhlak dalam islam menempati posisi utama dalam ajaran islam setelah keimanan dan ibadah islam. Rasulullah bersabda ;
“aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”
b.      Akhlak sebagai barometer bagi keimanan seseorang musllim. Rasulullah bersabda:
“kesempurnaan iman itu baiknya akhlak seseorang”
c.       Ssemua ibadah dalam islam selain sebagai pengabdian kepada Allah SWT yang bertujan untuk kesempurnaan budi pekerti (akhlak).

2.      Ciri-ciri akhlak dalam islam
1.      Akhlak itu bersifat rabbani (al-akhlaq al-rabbaniyah)
Ajaran dalam islam bersumber dari wahyu Allah yang termaktub dalam Al-Quran dan sunah. Sifat rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat nanti.
Ciri rabbani juga menegaskan bahwa akhlak dalam islam bukanlah moral yang kondisional dan situsional, tetapai akhlak yang benar yang memiliki nilai mutlak. Akhlak rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.

2.      Akhalak bersifat manusiawi (Al-akhlaq al-insaniyyah)
Ajaran akhlak dalam islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia akan kebaikan akan terpenuhidengan mengikuti ajaran akhlak dalam islam. Ajaran akhlak dalam islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan hakiki, bukan kebahagian semu. Akhlak islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.



3.      Akhlak bersifat universal (al-akhlaq al-syamilah)
Akhlak universal (al-akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu:
1.      Menyekutukan Allah
2.      Durhaka kepada orang tua tanpa alasan yang sah
3.      Membunuh anak karena takut miskin
4.      Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi
5.      Membunuh orang tua tanpa alsan yang sah
6.      Mengurangi takaran dan timbangannya
7.      Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatan
8.      Persaksian tidak adil
9.      Menghianati janji dengan Allah

4.      Akhlak keseimbangan (al-akhlak at-tawazun)
Akhlak keseimbangan (al-akhlak at-tawazun), artinya akhlak dalam islam berada di tengah-tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai manusia yang menitik beratkan segi kebaiaknnya dan yang menghayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja.
Manusia dalam pandangan islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, yaitu; kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan nkekuastan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki naluri hewani dan juga ruhaniah malaikat. Malaikat memiliki unsur ruhani dan jasmani yang memerlukan pelayanan masing-mading secara seimbang; manusia hidup tidak hanya di dunia kini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan diakhirat nanti.

5.      Akhlak bersifat realistis (al-akhlak al-waqi’ayyah)
Akhlak realistis (al-akhlak al-waqi’ayyah), yaitu akhlak islam yang memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah yang lain, tetapi manusia juga memiliki kelemahan. Ini adalah realitas bagi manusia bahwa tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan dan pelanggaran. Oeh karena itu islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan dalam keadaan terpaksa, islam membolehkan manusia melakukan sesuatu yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan.
Allah berfirman;
“barang siapa terpaksa, bukan karena membangkan dan sengaja melangar aturan tiadalah ia berdosa. Sesungguhnya allah maha pengampun dan maha penyayang”. (QS. Al-Baqarah 2:173)

3.      Tujuan Akhlak Islam
Tujuan akhlak yaitu sebagai;
1.      Untuk membentuk pribadi manusia
2.      Bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat manusia
3.      Menyempurnakan keimanan
4.      Sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga
5.      Mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara
Jadi mempelajari ilmu akhlak bukan lah sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi yang  penting adalah mengamamlkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tuntutan ajaran islam. 








hanya itu yang agan tw, klo ada salah mohon dimaklumi, maklum masih dallam pembalajaran.
Thanks


1 komentar: